MAKALAH KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEKS
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang.
Kebangkitan Islam merupakan sebuah
fenomena kesejarahan apabila kita melihat segala
sesuatunya dengan sejarah. Kebangkitan Islam ditandai dengan
menumbuhkan kembali semangat iman, menghilangkan stagnasi pemikiran dan fikih,
serta gerakan (harakah) dan jihad. Semangat kebangkitan ini mendorong
rakyatnya untuk berpikir mengapa kejatuhan dan kehinaan menimpa umat
Islam sehingga umat ini hanya dipandang sebelah mata bahkan mereka menutup mata
akan umat ini.
Beranjak
dari kesadaran ini, umat Islam seharusnya kembali menoleh ke belakang dan
mengambil pelajaran dari sejarah ini. Dengan sejarah, kita akan
melihat kembali kejayaan Islam di masa Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin dan
bagaimana mereka membawa dan mengibarkan panji-panji Islam di seluruh penjuru
dunia.
Dalam
hal ini, Al-Qur’an telah mengisyaratkan melalui kisah perjalanan Bani Israil
(awal surat Al-Israa’) dan al-Hadits yang menjelaskan tentang lahirnya
pembaharu setiap satu abad.
Walaupun di berbagai sisi terdapat
beberapa hal yang ditunjukkan dalam upaya kebangkitan Islam pada ranah politik,
ekonomi maupun sosial. Tidak syak lagi bahwa sejarahlah yang mendasari itu
semua. Sejarah merupakan peristiwa yang unik dan hanya terjadi sekali di waktu
yang lampau sehingga walaupun memiliki kesamaan atau dapat disebut pengulangan
sejarah, dapat dipastikan suatu sejarah itu memiliki keidentikkan tersendiri
begitupula dengan sejarah Islam. Sejarah yang dimulai dengan datangnya Islam,
perkembangan hingga kedigdayaan dan keterpurukkan Islam, penerapan masyarakat
madani pada zaman kontemporer serta tanda-tanda kebangkitan Islam akan penulis
terangkan disini dalam upaya menunjukkan titik-titik kebangkitan Islam.
1.2 Rumusan
masalah.
1.
Bagaiamana Zaman
Kejayaan Islam di Bidang IPTEKS ?
2.
Bagaimana Kemajuan Umat
Islam di Bidang
IPTEKS ?
3.
Bagaimana Kemunduran
Umat Islam dalam IPTEKS ?
4.
Upaya-upaya Kebangkitan
Kembali Umat Islam dalam IPTEKS ?
1.3 Tujuan.
1.
Untuk Mengetahui Zaman
Kejayaan Islam di Bidang IPTEKS.
2.
Untuk mengetahui
Kemajuan Umat Islam di Bidang IPTEKS.
3.
Untuk mengetahui
Kemunduran Umat Islam dalam IPTEKS
4.
Untuk mengetahui
Upaya-upaya Kebangkitan Kembali Umat Islam dalam IPTEKS
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Zaman Kejayaan
Islam di Bidang IPTEKS.
Kaum muslimin, pernah memiliki kejayaan
di masa lalu. Masa di mana Islam menjadi pusat sebuah peradaban modern.
Peradaban yang dibangun untuk kesejahteraan umat manusia di muka bumi ini. Masa
kejayaan itu bermula saat Rasulullah mendirikan pemerintahan Islam, yakni
Daulah Khilafah Islamiyah di Madinah. Di masa Khulafa as-Rasyiddin ini Islam
berkembang pesat. Sejarawan Barat beraliran konservatif, Montgomery Watt
menganalisa tentang rahasia kemajuan peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam
tidak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran
agama. Andalusia, yang menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa kejayaan Islam,
telah melahirkan ribuan ilmuwan, dan menginsiprasi para ilmuwan Barat untuk
belajar dari kemajuan iptek yang dibangun kaum muslimin.
Terjemahan
buku-buku bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya
sumber-sumber bagi pengajaran di perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima
atau enam abad. Fakta sejarah menjelaskan antara lain, bahwa Islam pada waktu
pertama kalinya memiliki kejayaan, bahwa ada masanya umat Islam memiliki
tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina di bidang filsafat dan kedokteran, Ibnu Khaldun
di bidang Filsafat dan Sosiologi, Al-jabar dll. Islam telah datang ke Spanyol
memperkenalkan berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu ukur, aljabar,
arsitektur, kesehatan, filsafat dan masih banyak cabang ilmu yang lain lagi.
Kekhilafahan Abbasiyah tercatat dalam sejarah Islam dari tahun 750-1517 M /
132-923 H. Diawali oleh khalifah Abu al-’Abbas as-Saffah (750-754) dan diakhiri
Khalifah al-Mutawakkil Alailah III (1508-1517). Dengan rentang waku yang cukup
panjang, sekitar 767 tahun, kekhilafahan ini mampu menunjukkan pada dunia
ketinggian peradaban Islam dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi di dunia Islam. Di era ini, telah lahir ilmuwan-ilmuwan Islam dengan
berbagai penemuannya yang mengguncang dunia. Sebut saja, al-Khawarizmi
(780-850) yang menemukan angka nol dan namanya diabadikan dalam cabang ilmu
Pada
abad ke-8 dan 9 M, negeri Irak dihuni oleh 30 juta penduduk yang 80% nya
merupakan petani. Hebatnya, mereka sudah pakai sistem irigasi modern dari
sungai Eufrat dan Tigris. Hasilnya, di negeri-negeri Islam rasio hasil panen
gandum dibandingkan dengan benih yang disebar mencapai 10:1 sementara di Eropa
pada waktu yang sama hanya dapat 2,5:1. Ini membuktikan bahwa ilmu pengetahuan
dan pengembangannya berdampak cukup besar bagi peradaban dan kesejahteraan umat
pada masa itu. Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari
peninggalan-peninggalan sejarahnya. Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba;
Blue Mosque di Konstantinopel; atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh
khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di
Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di
atas bukit yang menghadap ke kota Granada. Masa kejayaan Islam, terutama dalam
bidang ilmu pengetahun dan teknologi, terjadi pada masa pemerintahan Harun
Al-Rasyid. Dia adalah khalifah dinasti Abbasiyah yang berkuasa pada tahun 786.
Banyak lahir tokoh dunia yang kitabnya menjadi referensi ilmu pengetahuan
modern. Salah satunya adalah bapak kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat
ini di Barat dengan nama Avicenna. Sebelum Islam datang, Eropa berada dalam
Abad Kegelapan. Tak satu pun bidang ilmu yang maju, bahkan lebih percaya
tahayul. Dalam bidang kedoteran, misalnya. Saat itu di Barat, jika ada
orang gila, mereka akan menangkapnya kemudian menyayat kepalanya dengan salib.
Di atas luka tersebut mereka akan menaburinya dengan garam. Jika orang tersebut
berteriak kesakitan, orang Barat percaya bahwa itu adalah momen pertempuran
orang gila itu dengan jin. Orang Barat percaya bahwa orang itu menjadi gila
karena kerasukan setan
Ilmu
pengetahuan dipandang sebagai suatu hal yang sangat mulia dan berharga. Para
khalifah dan para pembesar lainnya mengantisipasi kemungkinan seluas-luasnya
untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada umumnya khalifah adalah
para ulama yang mencintai ilmu, menghormati sarjana dan memuliakan pujangga.
Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya. Pada waktu itu
akal dan pikiran dibebaskan dari belenggu taklid, yang menyebabkan orang sangat
leluasa mengeluarkan pendapat dalam segala bidang, termasuk bidang aqidah,
falsafah, ibadah dan sebagainya.
Kecanggihan
teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarahnya.
Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba Blue Mosque di Konstantinopel. atau
menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana
al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M.
Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke kota
Granada. Saat itu “kata Lutfi” banyak lahir tokoh dunia yang kitabnya menjadi
referensi ilmu pengetahuan modern. Salah satunya adalah bapak kedokteran Ibnu
Sina atau yang dikenal saat ini di Barat dengan nama Avicenna. Pada saat itu
tentara Islam juga berhasil membuat senjata bernama ‘manzanik’, sejenis ketepel
besar pelontar batu atau api. Ini membuktikan bahwa Islam mampu mengadopsi
teknologi dari luar. Pada abad ke-14, tentara Salib akhirnya terusir dari Timur
Tengah dan membangkitkan kebanggaan bagi masyarakat Arab. Peradaban Islam
memang peradaban emas yang mencerahkan dunia. Itu sebabnya menurut Montgomery,
tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi dinamonya, Barat bukanlah apa-apa.
Wajar jika Barat berhutang budi pada Islam.
Berikut
ini adalah beberapa penemu atau ilmuan muslim yang sangat berpengaruh terhadap
ilmu pengetahuan yang hingga sekarang masih bermanfaat dan masih digunakan.
1.
Al khawarizmi: ia
adalah seorang yang menemukan ilmu aljabar di dalam matematika.
2.
ibnu sina ia
adalah: membuat buku tentang kedoteran
3.
jabbir ibnu hayyan:
ahli kimia yang di kenal sebagai bapak kimia
4.
albiruni: meletakkan
dasar-dasar satu cabang keilmuan tertua yang berhubungan dengan lingkungan
fisik bumi. Dia di nobatkan sebagai bapak antropologi, idiologi
5.
Abu alzahwari: penemu
tehnik patah tulang dan membuat kitab untuk menyembuhkan luka pada saat oprasi
6.
ibnu haitham: dikenal
sebagai bapak ilmu mata yang mengurai bagai mana mata bekerja
7.
Ar razi: orang pertama
yang bia menjelaskan tentang penyakit cacar dan juga alergi asma dan demam
sebagai daya mekanisme tubuh.
Jadi
wajar jika Gustave Lebon mengatakan bahwa terjemahan buku-buku bangsa Arab,
terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber-sumber bagi
pengajaran di perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad.
Tidak hanya itu, Lebon juga mengatakan bahwa hanya buku-buku bangsa Arab-Persia
lah yang dijadikan sandaran oleh para ilmuwan Barat seperti Roger Bacon,
Leonardo da Vinci, Arnold de Philipi, Raymond Lull, san Thomas, Albertus Magnus
dan Alfonso X dari Castella. Belum lagi ribuan buku yang berhasil memberikan
pencerahan kepada dunia. Itu sebabnya, jangan heran kalau perpustakaan umum
banyak dibangun di masa kejayaan Islam. Perpustakaan al-Ahkam di Andalusia
misalnya, merupakan perpustakaan yang sangat besar dan luas. Buku yang ada di
situ mencapai 400 ribu buah. Uniknya, perpustakaan ini sudah memiliki katalog.
Sehingga memudahkan pencarian buku. Perpustakaan umum Tripoli di daerah Syam,
memiliki sekitar tiga juta judul buku, termasuk 50.000 eksemplar al-Quran dan
tafsirnya. Dan masih banyak lagi perpustakaan lainnya. Tapi naas, semuanya
dihancurkan Pasukan Salib Eropa dan Pasukan Tartar ketika mereka menyerang
Islam.
2.2
Sebab-sebab kemajuan
teknologi dan sains di masa-masa kejayaan Islam
Disamping secara eksternal saat itu
Barat tengah tertidur lelap dalam buaian teosentrisme dan alam pikiran yang
jumud, bahkan bangsa barat saat itu dalam kondisi terbelakang. Islam
mengalami kebangkitan intelektual dan kultural yang sepektakuler dengan
revolusi pemikiran dan budaya Islam yang bercorak peradaban baru, menyambung
matarantai peradaban sebelumnya (Yunani, Babilon, dan Persia). Islam yang
kosmopolit, humanistik, kultural, dan saintifik yang puncaknya pada era
Abasiyyah.
Secara umum menurut Arif ada
beberapa faktor yang telah mendorong kemajuan sains di dunia Islam saat itu
yakni :
1.
Kesungguhan dalam
mengimani dan mempraktikkan ajaran Islam sehingga lahirlah individu-individu
unggul.
2.
Motivasi agama.
3.
Faktor sosial politik.
4.
Faktor ekonomi.
5.
Faktor dukungan dan
perlindungan penguasa saat itu
2.3
Sebab-sebab Kemunduran Umat
Islam dalam IPTEKS
Pada masa kemunduran iptek di dunia
islam, kaum Muslimin tidak lagi mempunyai semangat yang tinggi dalam menuntut
ilmu. Bahkan sebagian mereka menjauhkan diri dari ilmu pengetahuan, karena
dianggap sekular dan produk Barat. Menurut Prof DR. Abdus Salam, seorang
ilmuwan Muslim asal Pakistan, kemunduran ilmu pengetahuan dan teknologi di
Dunia Islam lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor internal umat Islam.
Misalnya, terjadinya pemisahan dalam mempelajari ayat-ayat Qauliyah dan
ayat-ayat Kauniyah, kurang terjalinnya kerjasama antara ilmuwan Muslim dan
penguasa setempat untuk menjaga tradisi keilmuan di Dunia Islam, dan sikap
mengisolasi diri terhadap perkembangan iptek dunia luar.
Di
zaman dewasa ini perkembangan iptek di Dunia Islam amat memprihatinkan.
Berbagai penemuan ilmiah mutakhir seperti nuklir, cloning, dan kosmologi,
meskipun tersirat secara simbolik dalam Al-Qur’an, tetapi yang menemukannya
adalah orang-orang non-Muslim. Demikian pula penemuan ilmiah di bidang lain.
Kaum Muslimin baru menyadari bahwa prinsip-prinsip ilmu tersebut telah
diungkapkan dalam Al-Qur’an lima belas abad yang lalu, setelah ilmu tersebut
ditemukan oleh ilmuwan-ilmuwan non-Muslim. Suatu fakta menunjukkan bahwa, dewasa
ini kaum Muslimin senantiasa tertinggal dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan datang terlambat menafsirkan ilmu tersebut dari kebenaran
Al-Qur’an. Suramnya kondisi keilmuan di Dunia Islam diperparah oleh fenomena
rendahnya persentase umat Islam yang menuntut ilmu dari SD sampai perguruan
tinggi, dan adanya ketidakseimbangan antara ilmuwan Muslim dengan besarnya
populasi penduduk Muslim di dunia yang hampir mencapai 1,5
miliar. Sebagai contoh, Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim,
saat ini hanya 11% siswa lulusan SMA yang melanjutkan ke perguruan tinggi.
Sementara itu, di Korea Selatan terdapat 70% lulusan SMA yang melanjutkan ke
PT. Sebagai ilustrasi pula jumlah ilmuwan dan insinyur per satu juta orang di
negara-negara non-Muslim seperti Cina 71.297, Jepang 59.611, Jerman 42.557,
Amerika Serikat 14.757 dan Korea Selatan 2.426. Sedangkan Indonesia yang
merupakan salah satu negeri Islam terbesar hanya sekitar 1.280. Dari jumlah
ilmuwan tersebut yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan adalah
Indonesia sebesar 3,2%, Korea Selatan 46,5%, AS 22,1%, Jepang 8,1% dan Jerman
5,5%. Data tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia yang mayoritas berpenduduk
Muslim merupakan negara yang memiliki ilmuwan dan insinyur paling sedikit.
Kemunduran pengembangan Ilmu Pengetahuan
dalam Islam terjadi ketika kejatuhan Islam ke tangan Barat dimulai pada awal
abad ke-18. Ada beberapa faktor penyebab kemunduran ilmu pengetahuan dalam
islam, yakni :
1.
Kesadaran orang barat
akan arti penting penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi peningkatan
kesejahteraan rakyat sangat tinggi.
2.
Orang barat yang pada
umumnya beragama Nasrani, ingin menunjukan pula bahwa melalui agama Nasrani
merekapun dapat maju dalam bidang iptek sejajar dengan umat islam. Akan tetapi
dalam perkembangan selanjutnya setelah mereka mendapatkan kemajuan dalam bidang
iptek, mereka justru mulai menjauh dari agama mereka. Mereka menjadi sekuler.
Urusan agama berjalan sendiri, begitu pula dengan iptek.
3.
Orang-orang barat yang
berjiwa petualang berusaha menemukan “benua” baru, sehinggga mereka menemukan
pusat perdagangan baru . Route perdagangan yang semula Syria dan Mesir ramai
dikunjungi pedagang-pedagang dari India dan dari Eropa, setelah penemuan route
(benua) baru, Mesir dan Syria jadi sepi yang mengakibatkan sumber pendapatan
negeri-negeri Islam jadi berkurang banyak
4.
Orang-orang barat
sengaja menghancurkan observatorium Islam yang didirikan oleh Taqi Al Din di
Konstantinopel pada tahun 1580, menjadikan Islam kehilangan sumber pengetahuan
dan pengamatan bintang (astronomi) yang sudah sangat maju pada masa itu.
Ironisnya, pada waktu yang sama sekitar tahun 1580 juga, orang barat baru
pertama kali membangun observatoriumnya oleh Tycho Brace. Perlu dicatat bahwa
Islam telah memiliki observatorium pertama kali yang dibangun pada tahun 500-an
M di Ulugh Beg (Samarkand).
5.
Akibat kolonialisme
stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi negara-negara islam mulai menurun,
padahal stabilitas politik dan kemakmuran merupakan akar bagi berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini lebih diperjelas lagi dengan munculnya
kapitalisme barat.
2.4
Upaya-upaya Kebangkitan
Kembali Umat Islam dalam IPTEKS
Dampak lain dari kemunduran Dunia Islam
di bidang iptek ialah tumbuh suburnya kemiskinan, rendahnya mutu pendidikan,
minimnya pendapatan perkapita, dan merajalelanya pengangguran. Di samping itu
banyak negara-negara Islam yang terjerat hutang luar negeri.
Indonesia misalnya, sekitar 60% hidup di bawah garis kemiskinan dan
10-20% penduduknya hidup dalam kemiskinan absolut. Sementara itu jumlah
pengangguran di Indonesia hampir mencapai 40 juta orang. Negara-negara Islam
yang lain, meski tidak separah Indonesia, mereka menghadapi problem yang tidak
jauh berbeda, terutama dalam masalah hutang luar negeri. Agendanya sekarang,
umat Islam harus melakukan upaya-upaya yang dapat mendukung kembali kemajuan di
bidang sains dan teknologi
Adapun
Upaya-upaya yang seharusnya di lakukan oleh umat islam seperti :
1.
Umat Islam
memperlakukan satu sistem pendidikan Islam yang betul-betul bisa dijadikan
rujukan dalam rangka mencetak manusia-manusia muslim yang berkualitas,
bertaqwa, beriman kepada Allah.
2.
Mencoba memasukan
Ilmu-ilmu umum ke Sekolah Islam (Madrasah)
3.
Mengirimkan pelajar
untuk mendalami Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
4.
Adanya kontak Islam
dengan Barat, yang merupakan faktor penting yang bisa kita liat, adanya kontak
ini paling tidak telah menggugah dan membawa perubahan paradigma umat Islam
untuk belajar secara terus menerus kepada Barat, Timbulnya pembaharuan pendidikan
Islam baik dalam bidang agama, sosial, dan pendidikan diawali dan dilatar
belakangi oleh pemikiran Islam yang timbul di belahan dunia Islam lainnya.
·
Pola-pola pembaharuan
pendidikan Islam
Setelah kita memperhatikan berbagai
sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam pada masa sebelumnya dan dengan
memperhatikan sebab-sebab kejayaan dan kekuatan yang di alami bangsa Eropa.
Maka kita bisa mengaris bawahi terjadinya pola pemikiran pembaharuan pendidikan
Islam:
1.
Pola pembaharuan
pendidikan Islam yang berorientasi pada pola pemikiran modern di Eropa
2.
Pola pembaharuan
pendidikan Islam yang berorientasi dan bertujuan untuk pemurnian kembali ajaran
Islam
3.
Pola pembaharuan
pendidikan Islam yang berorientasi pada kekayaan dan sumber budaya bangsa
masing-masing dan yang bersifat Nasionalisme.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Kejayaan Islam pada masa Dinasti
Abbasiyah mencerminkan bahwa Islam adalah agama yang luar biasa. Bahkan Eropa
pun seolah-olah tidak berdaya menghadapi kemajuan Islam terutama di bidang
IPTEK. Walaupun pada akhirnya kejayaan Islam masa Dinasti Abbasiyah telah
berakhir dan hanya menjadi kenagngan manis belaka kita sebagai generasi penerus
harus senantiasa berusaha untuk menjadi generasi yang pantang menyerah apalagi
di zaman serba modern ini kemajuan IPTEK semakin sulit untuk dibendung.
Kemajuan IPTEK merupakan tantangan yang besar bagi kita. Apakah kita sanggup
atau tidak menghadapi tantangan ini tergantung pada kesiapan pribadi
masing-masing .
Diantara penyikapan terhadap kemajuan IPTEK
masa terdapat tiga kelompok yaitu: (1) Kelompok yang menganggap IPTEK moderen
bersifat netral dan berusaha melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan
mencari ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai; (2) Kelompok yang bekerja dengan IPTEK
moderen, tetapi berusaha juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat
menyaring elemen-elemen yang tidak islami, (3) Kelompok yang percaya adanya
IPTEK Islam dan berusaha membangunnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ø W
Wisnu, Arya. Melacak Teori Einstein dalam Al Qur'an
Ø Baiquni,
A. Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi PT Dana Bhakti
Prima Yasa. Yogyakarta. 1996.
Ø Farhana. Peradaban
Islam Masa Dinasti Abbasiyah; Kebangkitan dan Kemajuan Media ilmu.
Ø Henra
G.kemunduran umat islam dalam IPTEKS
Ø Uli
dan Rio L. Dulu Islam Pernah Berjaya - www.swaramuslim.net
Komentar
Posting Komentar