Kisah Inspiratif Perjalanan Bisnis Pocari Sweat
Quote:
Kisah berawal dari tahun 1973 di pabrik Otsuka Pharmaceutical di Jepang tempat pertama kalinya Pocari Sweat.
Waktu itu Akihiko Otsuka yg merupakan cucu dari pendiri Otsuka Pharmaceutical masih menjabat kepala pabrik. Saat ini Otsuka Pharmaceutical memproduksi berbagai minuman kesehatan seperti Oronamin C dan cairan infus menjadi produk andalan yg menguasai pasaran dalam negeri. Dia bertekad utk buat satu produk yg bakal jadi andalan Otsuka Pharmaceutical dgn tangannya sendiri selain Oronamin C & cairan infus yg dapat diekspor ke berbagai negara.
Rokuro Harima adalah penanggung jawab pengembangan minuman. Suatu waktu dia mendatangi Akihiro & menceritakan idenya tentang pembuatan produk minuman dari cairan infus. Ide tersebut muncul berdaarkan pengalaman dia beberapa tahun sebelumnya ketika mengunjungi Meksiko utk survey buah-buahan tropis. Waktu itu dia terserang diare parah karena kualitas air di ana sangat buruk dan dia harus dirawat di rumah sakit setempat. Bahkan utk minum obat di rumah sakit tersebut dokter menganjurkan memakai air soda. Parahnya, di rumah sakit itu tdk ada persediaan infus. Selain pengalaman buruk itu, Harima juga punya pengalaman lain. Suatu waktu dia pernah melihat seorang dokter yg minum infus setelah menjalani operai berjam-jam lamanya.
Namun, ide pembuatan minuman dari cairan infus itu ditolak Akihiro. Dia bilang saat ini blm saatnya membuat minuman tersebut.
3 tahun setelah itu, Akihiro yg saat itu telah menjabat sebagai Presiden Direktur Otsuka Pharmaceutical memanggil Harima dan seorang stafnya yg bernama Akihisa Takaichi. Maksud Akhiro memanggil 2 org tersebut adalah utk merealisasikan ide Harima tentang minuman dari cairan infu. Karena pada waktu itu ola raga jogging sedang menjadi trend di Jepang. Kesadaran berolah raga telah meningkat di Jepang.
Akihiro menginginkan produk minuman kesehatan yg komposisinya mirip dgn keringat manusia namun dgn rasa yg enak di tenggorokan walau diminum setiap hari. Singkatnya, proyek tersebut diserahkan ke Harima dan pengembangannya dikerjakan oleh stafnya, Takaichi.
Singkatnya, Takaichi melakukan riset. Dimulai dgn pengumpulan data kompoisi keringat. Setelah mendapatkan data yg diinginkan, dia membuat cairan yg mirip dgn keringat. Setelah dicoba rasanya pahit ditambah susah ditelan dan tentu saja ditolak oleh Harima.
Takaichi mendapatkan ide utk menambahkan pemanis alami. Setelah beberapa sample yg diajukan, tetap saja ditolak oleh Harima. Karena yg ingin dibuat adalah minuman kesehatan jadi kadar gula harus ditekan sampai di bawah 10%. Takaichi melanjutkan risetnya, pasang surut dia alami dalam rietnya tersebut utk menemukan komposisi yg pas agar mendapatkan rasa yg enak. Tidak terasa, sudah berjalan 3 tahun riset yg dia jalankan dgn menghasilkan 1000 lebih sample & belum disetujui Harima dan juga Akihiro.
Suatu waktu, Harima & Takaichi sedang menunjukan hail risetnya di hadapan Akhiro & di waktu bersamaan karyawan yg lain juga datang utk menunjukan minuman serbuk instan yg sedang dikembangkan. Dua sample minuman tersebut masih tidak diterima. Muncul ide dari Akihiro utk mencampurkannya & hailnya baik. Rasa pahit dari sample yg dikembangkan Takaichi hilang. Ternyata minuman serbuk tersebut berbahan dasar jeruk. Akhirnya Takaichi kembali bersemangat melanjutkan risetnya. Dia meneliti berbagai macam jeruk yg ingin ditambahkan. Setelah beberapa lama, akhirnya dia menemukan satu jenis jeruk yg tepat. Setelah memakan waktu yg cukup lama dalam pengembangan minuman tersebut, akhirnya rasa yg pas didapatkan. Dan itu berasal dari sari jeruk yg jenisnya dirahasiakan Otsuka Pharmaceutical.
Sample yg terakhir dibuat yaitu dgn komposisi gula alami yg berbeda. Sample 1 berkadar 7% gula dan sample 2 berkadar 6,2%. Sample tersebut dicoba oleh beberapa karyawan peneliti utk mencobanya. Hasilnya, mereka memilih sample 1. Suatu pagi Harima mengajak karyawan penelitinya utk mendaki bukit di dalam kota. Setibanya di puncak, dia menuruh karyawannya utk minum sample 1 sample 2. Ternyata mereka memilih sample 2 lebih enak.
Akhirnya, kompoisi final didapat dan segera di produki massal. Merk dari minuman tersebut adalah Pocari Sweat. Diambil dai kata Pocari yg berarti memberikan kesan menyegarkan dan Sweat yg berarti keringat dalam bhs Inggris.
Setelah dipasarkan, ternyata respon pasar sangat tidak baik. Tahun pertama penjualan sangatlah buruk. Berbagai cara dikerahkan oleh tim marketing Otsuka, tapi tetap tidak berhasil karena rasa Pocari Sweat yg tidak biasa blm diterima masyarakat.
Penjualan Pocari Sweat disambut buruk di masyarakat.
Akhirnya, Akihiro menyuruh marketingnya bersama dgn karyawan lainnya utk membagikannya secara gratis di setiap tempat. Tim marketing membagikan di tempat-tempat yg paling efektif. Salah satunya di tempat olah raga. Respon yg didapat positif. Karena mereka sehabis olah raga & berkeringat. Selain membagikannya secara gratis, tim juga memberikan edukasi tentang produk. Karena strategi itu, Pocari Sweat mulai dikenal di masyarakat. Namun karena ide ini, perusahaan mengalami kerugian yg besar.
Akhiro tetap melanjutkan strategi ini sampai akhir tahun 1980. Karena menurut dia, produk baru sangat wajar susah dijual di tahun pertama, yg perlu ditekankan adalah edukasi tentang produk dan manfaatnya. Yg terpenting adalah bukan keuntungan sekarang, tapi di masa depan. Saat ini menebar benih, di masa mendatang akan didapat hasilnya.
Di tahun 1981, penjualan Pocari Sweat tetap sama saja di tahun sebelumnya. Tahun ini musim panasnya sangatlah terasa panas. Ajaibnya, pada musim panas tahun ini, penjualan Pocari Sweat meningkat drastis, mencapai 3x lipat dari tahun sebelumnya.
Akhirnya, buah dari penelitian & strategi pemasaran dengan operasi pembagian gratis dapat dipetik. Karena masyarakat telah paham tentang konsep produk Pocari Sweat.
Di Indonesia, strategi pembagian secara gratis juga dilakukan, yaitu pada saat bulan Ramadhan dimana masyarakat merasakan lapar & haus setelah berpuasa seharian.
Hasilnya, penjualan produk Pocari Sweat di Indonesia mengalami kenaikan secara signifikan.
Vidio Lengkapnya :
Komentar
Posting Komentar